31/01/17

Teknik Hidroponik

Hidroponik memiliki beberapa macam teknik bercocok tanam, antara lain Wick atau teknik sumbu, Deep Water Culture (DWC), Ebb and Flow, Nutrient Film Technique (NFT), Irigasi Tetes, dan Aeroponik.

Teknik sumbu atau Wick merupakan teknik paling sederhana. Hanya memerlukan pot tempat tanaman tumbuh, wadah penampung nutrisi, media tanam dan sepotong kecil kain sebagai.

Konsep hidroponik sumbu adalah memberi nutrisi kepada tanaman secara kontinyu setiap saat. Supaya media tanam tidak basah terendam cairan nutrisi, maka nutrisi disimpan pada wadah terpisah. Sumbu digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan nutrisi dari wadah ke media tanam.



Teknik selanjutnya adalah Deep Water Culture (DWC). Sebenarnya tidak beda jauh dengan sistem sumbu, kecuali tidak menggunakan sumbu lagi. Pada teknik ini beberapa pot tanaman diletakkan pada satu kontainer, dan bagian dasar pot menyentuh permukaan larutan nutrisi, sehingga sejak awal sebagian akar tanaman langsung bersentuhan dengan nutrisi.

Teknik DWC cocok diterapkan dilahan dengan temperatur siang tinggi atau daerah yang memiliki perbedaan suhu siang dan malam signifikan. Volume nutrisi yang cukup besar berfungsi sebagai buffer dari pengaruh perubahan suhu lingkungan terhadap akar.

Untuk menjaga kadar oksigen terlarut dalam nutrisi supaya tetap stabil, perlu ditambahkan pompa udara/aerator.


Selanjutnya adalah NFT atau Nutrient Film Technique. NFT menggunakan gully panjang untuk menampung beberapa pot sekaligus. Nutrisi dipompa dari tandon terus menerus selama 24 jam sehari, mengalir tipis di dalam gully, menyapu akar tanaman, kemudian kembali lagi ke dalam tandon. Resikonya, ketika aliran listrik PLN terputus dan pompa berhenti bekerja, supply nutrisi juga terhenti, gully menjadi kering. Kalau terlambat diantisipasi, kemungkinan besar tanaman akan mengalami dehidrasi.


NFT merupakan teknik favorit bagi kebun komersial, karena memberi hasil panen lebih baik dibanding sistem Wick atau DWC.

Teknik lain yang juga banyak digunakan di kebun komersial adalah irigasi tetes. Teknik ini biasanya diaplikasikan di lahan luas untuk tanaman tinggi seperti tomat, cabe atau melon.


Hidroponik tetes sebenarnya merupakan modifikasi dari teknik tetes pada kultur tanah. Nutrisi dipompa dalam interval tertentu melalui selang distribusi ke seluruh area tanam. Pada masing-masing ujung selang terdapat alat pengatur aliran nutrisi, ditancapkan disekitar akar setiap tanaman. Nutrisi tidak mengalir, namun menetes dengan kecepatan yang diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Ada dua macam irigasi tetes, yaitu sistem sirkulasi, dimana nutrisi yang tidak terserap tanaman mengalir kembali ke dalam tandon, dan sistem terbuka, nutrisi yang tidak diserap dibiarkan terbuang.

Secara ekonomis sistem sirkulasi lebih hemat nutrisi, namun sistem terbuka menurut saya lebih bagus, karena tanaman selalu mendapat nutrisi dengan kandungan unsur hara benar-benar sesuai dengan rasio yang dibutuhkan tanaman.

Disamping teknik baku seperti yang saya uraikan sebelumnya, terdapat beberapa teknik terapan yang merupakan modifikasi dari teknik baku, diantaranya teknik Rakit Apung dan Deep Flow Technique (DFT).

Teknik Rakit Apung merupakan modifikasi dari Deep Water Culture. Bak modul diubah menjadi kolam luas, penutup bak dibuat mengapung sehingga bisa didorong.

Teknik ini cocok diterapkan pada industri besar. Satu papan apung menampung populasi tanaman dengan umur sama. Papan berikutnya, yang memuat tanaman umur satu hari lebih muda, di letakkan di belakang papan pertama. Begitu seterusnya, masing-masing papan dengan umur tanaman berbeda di letakkan berurutan di kolam, sehingga dalam satu siklus tanam, panen bisa dilakukan setiap hari.

Karena papan apung dapat didorong, maka setiap ada tanaman baru masuk modul, papan apung yang diletakkan lebih awal cukup didorong lebih ketengah, dan posisi semula digantkan oleh papan apung baru.   

Contoh sistem rakit apung bisa dilihat melalui link berikut ini: HIDROPONIK RAKIT APUNG

Di kalangan praktisi hobby juga terdapat teknik modifikasi, tekniknya biasa disebut DFT atau Deep Flow Technique. Teknik ini merupakan modifikasi NFT dan DWC. Ujung pipa pada bagian keluaran ditinggikan supaya di dalam gully terdapat sedikit genangan nutrisi, sehingga pada saat pompa mati masih tersedia cadangan nutrisi agar tanaman bisa bertahan segar lebih lama.


Kita tidak pernah benar-benar bisa mengatakan satu teknik lebih baik dibanding yang lain. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, tergantung jenis tanaman yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan tempat teknik itu akan diaplikasikan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan pilihan, pahami kondisi lingkungan terlebih dahulu, karena kesalahan dalam memilih teknik Hidroponik bisa berdampak buruk terhadap hasil panen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar