06/08/16

Petani Cap Tukang Ledeng

Meskipun lahan yang saya garap lebih kecil dibanding lapangan batminton, akhirnya keinginan saya jadi petani terwujud. Tapi jangan tanya penghasilan saya dari bercocok-tanam.

Alasan pertama, saya petani pemula, sampai hari ini lebih banyak panen hama ketimbang sayuran.

Alasan kedua, seandainya, seandainya lho ya, saya punya penghasilan gede, sudah pasti tidak akan saya pamerkan di sini atau di manapun. Saya tidak takut disatroni maling atau rampok. Saya lebih ngeri pada tukang pajak.


Jadi petani itu asyik. Paling tidak, itulah yang saya rasakan sampai sekarang. Tiap pagi ngurus tanaman, dilanjut malam - karena siang cari rejeki di tempat lain supaya ada duit untuk setor pajak UKM. Lalu, setelah sekian hari berbunga-bunga melihat tanaman tumbuh subur dan sehat, esok paginya mendadak mendapati tanaman babak belur dikeroyok hama. Sebenarnya pengin marah, tapi ke siapa? Jadi, ketimbang dapat penyakit, mending dibawa seneng saja.

Dulu, sesaat setelah nemu nama untuk bisnis rental mobil, pertama-kali yang saya lakukan adalah pesan kartu nama. Sekarang demam identitas itu kambuh lagi. Bedanya, bukan pengin bikin kartu nama, melainkan pengin punya foto dengan atribut petani.

Masalahnya, petani Hidroponik tidak sama dengan petani sawah. Saya tidak punya caping, dan tidak mainan cangkul. Jadi, ketika saya difoto dengan kostum T-shirt dan celana jean sambil pegang arit, blas gak mirip petani, malah seperti tukan kebon.

Foto berikutnya seperti yang saya pasang di postingan ini. Nampang sambil memawa perlengkapan petani Hidroponik, bor, tang dan pipa paralon, tapi malah terlihat seperti tukang ledeng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar